Minggu, 31 Januari 2021

Serangan WannaCry

WannaCry di Indonesia. Foto: @ilhamnegara

 

Jakarta - Bulan Mei 2018 tepat menandakan satu tahun sejak serangan ransomware WannaCrypt atau WannaCry melanda di berbagai belahan dunia. Masih hangat dalam ingatan kita, serangan WannaCry sempat membuat heboh masyarakat dunia, tak ketinggalan Indonesia.

Bagaimana tidak, WannaCry sampai membuat perusahaan otomotif Honda sampai menyetop produksi di pabrik kendaraannya selama sehari. Di Indonesia, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara kala itu mengatakan bahwa ada ribuan alamat IP di Indonesia yang terjangkit WannaCry.

Salah satu contoh nyata yang mencuat ke publik adalah dua rumah sakit di wilayah Jakarta disebut kena serangan ransomware ini. Serangan Wanna Cry ini bikin pelayanan kedua rumah sakit tersendat.

WannaCry memang sadis. CTO Avast, Ondrej Vlcek Avast, dalam keterangan email, Minggu (6/5/2018), mengatakan bahwa pihaknya telah mendeteksi dan memblok lebih dari 176 juta serangan WannaCry di 217 negara sejak serangan awal tahun lalu. Bahkan serangan ini nyatanya masih terus berlanjut di tahun 2018.

Berdasarkan penelitiannya, Avast telah memblok 54 juta serangan selama bulan Maret kemarin. Di Indonesia sendiri Avast telah berhasil memblok 17 juta lebih serangan WannaCry selama periode terhitung dari tanggal 5 Desember 2017 sampai 4 Januari 2018.

Angka tersebut membuat Indonesia menjadi negara dengan serangan WannaCry terbesar di dunia setelah Rusia.

"Mengingat kehebohan publik yang terjadi ketika 'wabah' pecah untuk pertama kalinya, kita akan cenderung berasumsi bahwa pengguna PC pribadi dan perusahaan-perusahaan telah memperbarui sistem mereka. Sayangnya, data kami menangkap bahwa hampir sepertiga (29%) komputer berbasis Windows di seluruh dunia masih rentan terhadap serangan WannaCry," ujar Vlcek.

Keberhasilan WannaCry disebabkan oleh beberapa faktor utama, yaitu ransomware mengeksploitasi kerentanan yang terdapat di banyak PC yang menggunakan sistem operasi lama.

Sebagian besar sistem operasi lama sudah tidak didukung pembaruan (update) dan karena itu rentan terhadap serangan malware; kemudian, WannaCry tidak memerlukan interaksi dari pengguna untuk menyebarkan diri karena diprogram sebagai worm. 

Sejak jumat, 12 Mei 2017 diperkirakan sekitar 100 negara terkena serangan ganas ini, termasuk Indonesia. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, Wanna Cry Ransomware menyerang sistem IT Rumah Sakit Kanker Dharmais.

“Virusnya disebar random,” kata Rudi dalam program Primetime News, Metro TV, Jakarta, Minggum 14 Mei 2017.

Di Inggris, sebanyak 16 rumah sakit terpaksa tutup.  Sebab, saat  para pekerja rumah sakit berusaha untuk mengakses komputer, mereka menemukan tuntutan untuk memberikan USD300 (Rp4 juta) dalam bitcoin.

Mengenkripsi file dan menuntut tebusan adalah taktik yang biasa digunakan dalam serangan Wanna Cry Ransomware .

Pengamat Siber Ruby Alamsyah menuturkan, rumah sakit menjadi korban paling banyak lantaran komputer di instansi tersebut beroperasi selama 24 jam. Keamanan sistem operasinya pun tidak terjaga.
“Apalagi komputer untuk layanan, itu harus hidup setiap hari selama 24 jam,” ungkap dia.

Ruby khawatir serangan ransomware Wannacry ini belum sampai puncaknya. Ia meminta para pengguna komputer dan ahli IT untuk berhati-hati esok hari.
“Senin, di saat pengguna menyalakan komputer dikhawatirkan virus menyerang secara massif,” ujar dia.

Guna mengantisipasi serangan virus tersebut, pengguna diminta tidak terhubung dengan jaringan internet saat menyalakan komputer. Pengguna juga diimbau untuk memindahkan data ke USB.

Wannacry menginfeksi sebuah komputer dengan meng-encrypt seluruh file yang ada di komputer tersebut dan dengan menggunakan kelemahan yang ada pada layanan SMB bisa melakukan eksekusi perintah lalu menyebar ke komputer windows lain pada jaringan yang sama.

Semua komputer yang tersambung ke internet yang masih memiliki kelemahan ini apalagi komputer yang berada pada jaringan yang sama memiliki potensi terinfeksi terhadap ancaman Wannacry.

Dari tampilan diketahui bahwa Wannacry meminta ransom atau dana tebusan agar file-file yang dibajak dengan enkripsi bisa dikembalikan dalam keadaan normal lagi. Dana tembusan yang diminta adalah dengan pembayaran bitcoin yang setara dengan USD300. Wannacry memberikan alamat bitcoin untuk pembayarannya. Di samping itu juga memberikan deadline waktu terakhir pembayaran dan waktu dimana denda tebusan bisa naik jika belum dibayar juga.


Sumber:

Contoh Kasus Cyber Crime – Cyber Crime (wordpress.com)

Serangan WannaCry di Indonesia Terbesar Kedua di Dunia (detik.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serangan WannaCry

WannaCry di Indonesia. Foto: @ilhamnegara   Jakarta  - Bulan Mei 2018 tepat menandakan satu tahun sejak serangan ransomware WannaCrypt atau ...