WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Peretas atau hacker yang terkait
dengan Pemerintah Rusia diduga menjadi dalang di balik bobolnya surat elektonik
(surel/ e-mail) Kementerian Keuangan Amerika Serikat dan NTIA (Administrasi
Informasi dan Telekomunikasi Nasional).
NTIA termasuk dalam kelompok lembaga yang terlibat dalam
upaya Presiden Donald Trump memblokir aplikasi TikTok dan WeChat, yang
diklaimnya membahayakan keamanan nasional tapi dibantah oleh kedua aplikasi
tersebut.
Insiden peretasan e-mail Kemenkeu AS dan NTIA ini terjadi
hanya beberapa hari setelah para pejabat AS mewanti-wanti hacker yang terkait
dengan Pemerintah Rusia dapat menyerang data sensitif dan rentan.
Ada indikasi jebolnya surel NTIA sudah terjadi sejak musim
panas tapi baru ketahuan sekarang, menurut seorang pejabat senior AS yang
dikutip News 18. Hacker membobol Microsoft Office 365 di kantor NTIA. E-mail
staf di lembaga itu dipantau oleh peretas selama berbulan-bulan.
Para peretas ini sangat canggih sampai bisa mengakali
otentikasi platform Microsoft, menurut seorang sumber yang minta tidak disebut
namanya karena tidak berwenang berbicara ke pers.
Kasus ini sekarang sedang diselidiki FBI dan badan keamanan
siber dari Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS.
"Ini bisa menjadi salah satu spionase paling berdampak
yang pernah tercatat," menurut pakar keamanan siber Dmitri Alperovitch,
dikutip dari Associated Press.
Banyak pakar juga mencurigai Rusia adalah dalang di balik
serangan kepada FireEye, penyedia keamanan siber yang pelanggannya termasuk
pemerintah federal, negara bagian, lokal, serta perusahaan global papan atas.
Saluran yang diserang oleh hacker tersebut adalah
SolarWinds, yang digunakan ratusan ribu institusi di seluruh dunia termasuk 500
perusahaan dan beberapa lembaga pemerintahan AS, lanjut Alperovitch yang dulu
bekerja sebagai petugas teknis di perusahaan keamanan siber CrowdStrike.
Peretasan terbaru ini terungkap tak sampai seminggu usai
Badan Keamanan Nasional AS memperingatkan, hacker Pemerintah Rusia
mengeksploitasi kerentanan dalam sistem yang digunakan pemerintah federal AS.
Kemudian Badan Keamanan Infrastruktur dan Siber (CISA)
secara terpisah mengatakan, mereka sedang bekerja dengan lembaga-lembaga lain
terkait kasus ini.
CISA akan memberikan bantuan teknis kepada entitas yang
terkena dampak untuk mengidentifikasi dan mengurangi potensi kebobolan.
Para peretas yang terkait dengan Rusia sebelumnya pernah
membobol sistem e-mail Kementerian Luar Negeri AS pada 2014.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar